Berkunjung ke Pameran Seni Rupa di Tengah Kota Jogja

     Di tengah hiruk pikuk kota Yogyakarta, terdapat sebuah pameran seni rupa yang memikat mata. Pameran tahunan USER, Gamarupa, kembali diselenggarakan di tahun 2024 pada tanggal 1 hingga 7 September pukul 13.00 – 19.00 WIB di Griya Abhipraya Purbonegoro. Dengan mengusung tema Diseminasi Ilmu Pengetahuan Melalui Seni Rupa, Gamarupa tahun ini menampilkan interkoneksi antara sains dan seni yang selama ini dianggap sebagai dua hal yang saling bertolak belakang. Melalui pameran ini, para seniman menggunakan karya seninya sebagai media penyebarluasan gagasan ilmu pengetahuan.  read more

Berkunjung ke Pameran Seni Rupa di Tengah Kota Jogja Read More »

Puparia: Sebuah Karya Seni dari Lukisan Menjadi Animasi

Gambar 1. Adegan Pembuka Puparia
Sumber:YouTube/Shingo-Tamagawa

Siapa sangka jika animasi sedetail, sehalus, dan seindah ini hanya dikerjakan oleh 1 orang saja!!  Shingo Tamagawa menghabiskan 3 tahun waktunya untuk mengerjakan animasi pendek ini. Terinspirasi oleh Hayao Miyazaki dan Hideaki Anno, sutradara ulung dalam dunia animasi Jepang, menjadikan Shingo berambisi untuk mencapai level yang setara dengan kedua idolanya tersebut. Puparia sukses menjadi karya yang membuat namanya diperhitungkan di kancah Animasi Tradisional Jepang bahkan Dunia!

Gambar 2. Cuplikan Adegan Puparia
Sumber:YouTube/Shingo-Tamagawa

Tidak seperti Animasi pada umumnya yang kaya akan drama dan dialog, Puparia justru lebih menekankan kepada emosi dan keheningan. Meski hanya berdurasi 3 menit, tanpa dialog, dan alur cerita yang berarti, Puparia nyatanya mampu menyampaikan emosinya dengan baik. Untuk menunjukkan kecintaannya terhadap seni manga, Shingo membuat frame demi frame Puparia hanya dengan tangan menggunakan pensil warna, kemudian memindai semua satu per satu dan menjadikannya sebagai animasi digital. Itulah mengapa Puparia nampak seperti lukisan bergerak. read more

Puparia: Sebuah Karya Seni dari Lukisan Menjadi Animasi Read More »

Animanga, Benarkah Sebuah Propaganda Berkedok Seni?

Gambar 1. Anime-Manga
Sumber: Unsplash/Gracia-Darma

Perang Dunia merupakan salah satu pengalaman traumatis yang hampir dialami oleh seluruh negara di dunia, tak terkecuali Jepang. Keberhasilannya dalam Perang Dunia I bersama sekutu, membuat Jepang menjadi lupa daratan hingga berani mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin Asia. Namun takdir berkata lain. Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki melenyapkan impian itu. Tanpa pikir panjang Jepang lalu memutuskan untuk pensiun dari hiruk pikuk konflik dunia. Meski begitu citra Jepang sudah terlanjur buruk di mata dunia. Namun jika kita melihat pada masa sekarang, citra Jepang sangat berbanding terbalik dari gambaran tersebut. Jepang telah me-rebrand-ing dirinya dari yang semula penjahat perang menjadi negara maju nan adidaya. Animanga disinyalir sebagai salah satu strategi soft diplomacy yang dilakukan negeri matahari terbit ini. Tetapi jika kita menilik ke belakang, sebenarnya perkembangan Anime dan Manga telah muncul jauh sebelum Jepang terjun dalam Perang Dunia. read more

Animanga, Benarkah Sebuah Propaganda Berkedok Seni? Read More »

Kisah Tragis di Balik Goresan Gustave Doré dalam The Acrobats (1874)

The Acrobats (1874), karya seni ini dilukis oleh tangan seniman Prancis pada abad ke-19 oleh Gustave Doré.  Sebelum kita bedah mengenai The Acrobats (1874), kita akan mengupas sedikit tentang Gustave Doré. Ia lahir di kota Strasbourg, sebuah kota di Prancis, pada tanggal 6 Januari 1832. Sedari umurnya 5 tahun, terlihat jika Doré memiliki bakat menjadi seorang pelukis. Pada umurnya yang menginjak umur 12, Doré menunjukkan minatnya dalam pahat-memahat patung (Gustave Doré, 2023). Ilustrasi Dante’s Inferno dan beberapa ilustrasi kitab injilnya menempatkan Gustave Doré dalam kesuksesan. Doré menghembuskan nafas terakhirnya pada umur 51 pada 23 Januari 1883, dimakamkan di Père Lachaise, Paris (Gustave Doré, 2023). read more

Kisah Tragis di Balik Goresan Gustave Doré dalam The Acrobats (1874) Read More »

Karakteristik Khas Tokoh Perempuan dan Laki-Laki dalam Komik Roman Jan Mintaraga

Ketika kita mendengar nama Jan Mintaraga, karya apa yang terlintas di kepala? Selintas, tebersit dalam pikiran karya-karya komik silat dan wayangnya seperti Kelelawar (1972) dan Ramayana. Tidak luput pula karya komik bergenre romannya yang memiliki gaya seni khas, layaknya komik-komik dari Amerika, seperti Kau Belum Wanita, Flora. Karya-karya Jan (dibaca: Yan) menjadi glamor pada tahun ’70-an; ia menjadi pionir genre komik roman. Salah satu karya romannya yang fenomenal dan membekas adalah Ballada Sebuah Cinta (1980).  read more

Karakteristik Khas Tokoh Perempuan dan Laki-Laki dalam Komik Roman Jan Mintaraga Read More »

Seni Patung Es: Indahnya dalam Lelehan Waktu

Patung Es Naga
(Sumber: ArtOmega)

     Seni patung menjadi salah satu bentuk pengejawantahan keindahan dalam seni rupa, bahan utama dalam pembuatan patung biasanya menggunakan batu, kayu, ataupun tanah liat. Ada salah satu inovasi seni yang mengubah bongkahan es menjadi patung nan elok dipandang mata. Seni patung es. Diperkirakan seni patung es ini pertama kali muncul di Rusia dan Cina, seiring berjalannya waktu, seni patung es kian berkembang dan mulai diadopsi oleh banyak negara. Patung es biasa dipamerkan tiap festival musim dingin dan tampil dengan berbagai ciri khas dari hasil teknik pembuatannya. read more

Seni Patung Es: Indahnya dalam Lelehan Waktu Read More »

Abstraksionisme: Tersiratnya Makna Goresan

“Gunungan” Karya Ahmad Sadali (1971) (Sumber: Buku Ragam Pemikiran Seni dan Desain)

     Seni abstrak merupakan salah satu dari jenis kesenian kontemporer yang telah dikenal sejak awal abad ke-20, seni yang menggunakan goresan dan kombinasi warna yang acak non-representasional yang menunjukkan kebebasan dalam menggoreskan kuas pada media seni. Aliran abstrak dianggap sebagai salah satu aliran seni yang berusaha lolos dari lekukan kaku dari berbagai prasyarat seni terhadap seluruh aspek pembangunnya.

     Perwujudan seni yang tidak berbentuk konkrit membentuk aliran seni yang satu ini menjadi tidak mudah dipahami dikarenakan tidak teraturnya wujud yang diperlihatkan, terlebih apabila hanya dilihat dengan sekilas mata saja. Namun pada usahanya menunjukkan makna, seni abstrak dapat dipahami lebih lanjut dengan cara memperhatikan besar atau kecilnya ukuran garis, warna yang dipilih, hingga pada wujud utuh hasil kombinasi keduanya saat karya seni tersebut telah sempurna. read more

Abstraksionisme: Tersiratnya Makna Goresan Read More »

Interpretasi Kehidupan Tahun 1960-an dalam Media Kanvas

Tuan Tanah Kawin Muda Karya Djoko Pekik (1964) (Sumber : Burhan, 2013)

     Dalam lukisannya yang berjudul ‘Tuan Tanah Kawin Muda’, Djoko Pekik, seorang seniman asal Jogja, mengungkap penindasan kaum laki-laki terhadap perempuan melalui kekuasaan yang dimiliki lewat modal ekonomi, sosial, dan kultural. Lukisan yang ia usung memuat interpretasi ganda. Kakek-kakek dengan wajah tegang, berbaring sembari menghitung jari dapat ditafsirkan dengan makna dia menghitung hari penantian untuk dilayani, tetapi gadis muda menolaknya dengan membuang mukanya. Interpretasi berikutnya yaitu kakek tua yang sedang mengidap penyakit dan menghitung kapan ajal akan menjemputnya. Dalam ekspresi mukanya, tampak raut tegang dan kecewa sang kakek karena sang gadis membuang muka dan bersikap tidak manis. read more

Interpretasi Kehidupan Tahun 1960-an dalam Media Kanvas Read More »

Menelaah Lukisan Raden Saleh, Implikasi Era Kolonialisme

Gouvernour-generaal Daendels en de Grote Postweg karya Raden Saleh Syarief Bustaman (Sumber : www.rijksmuseum.nl)

     Raden Saleh menggambarkan seorang pria paruh baya berpostur ideal, berbentuk kepala bulat dengan rambut hitam pendek tersisir rapi, jambangnya panjang kebawah hingga ujungnya terlihat segaris dengan hidung. Alisnya tebal, matanya berwarna biru gelap, hidungnya mancung, kulitnya putih dan kemerahan pada bagian pipi, bibirnya berwarna pucat. Dari sini dapat terlihat ciri-ciri fisik  manusia dengan ras Kaukasoid atau bangsa Eropa. Meskipun Raden Saleh tidak pernah bertemu dengan Daendels, berdasarkan catatan sejarah, teridentifikasi bahwa sosok pria ini adalah Herman Willem Daendels, Guberneur Jendral Hinida Belanda ke-36 yang menjabat antara tahun 1808-1811, dan Raden Saleh melukiskannya secara imajiner dan menggunakan kreativitasnya. read more

Menelaah Lukisan Raden Saleh, Implikasi Era Kolonialisme Read More »

Tanpa Manusia: Andy Warhol Menjadi Mesin

“I’d like to be a machine, wouldn’t you?”

Mainan Robot karya Andy Warhol (Sumber: artnet)

            Kata-kata tersebut diungkapkan oleh artis asal Amerika, Andy Warhol. Ia adalah pionir pada masanya, terkenal dengan karyanya yang melukis dengan cara di luar konvensi dan subjek-subjek menantang. Sebelumnya seorang ilustrator iklan, Ia terkagum dengan hubungan antara budaya konsumen dan masyarakat, terutama dalam ranah media massa. Ia berusaha menangkap rasa ini melalui lukisan-lukisannya yang berwarna-warni dan repetitif, seperti karya Warhol klasik kultus Marilyn Diptych dan Campbell’s Soup Cans. Tak hanya itu, ia juga berani menjelajahi subyeknya dalam media seni lainnya, seperti dalam film eksperimentalnya yang berjudul “Sleep”. Karya Warhol yang unik menjadikan namanya masyhur di dunia. read more

Tanpa Manusia: Andy Warhol Menjadi Mesin Read More »

Scroll to Top