Membatik di Kulon Progo sebagai Aksi Pelestarian Budaya melalui Generasi Muda

Unit Seni Rupa UGM (USER) kembali melakukan kolaborasi untuk menguatkan eksistensi dan menjadi salah satu bentuk kontribusi sosial kepada masyarakat. Kali ini permintaan kolaborasi digagas oleh komunitas Berni Waluri yang merupakan sebuah leadership project salah satu kelompok program Sahabat Percepatan Peningkatan Kepemimpinan Mahasiswa UGM ( instagram.com/sp2km.ugm ). Rencana kegiatan mereka adalah mengajarkan cara membatik dan menari kepada adik-adik SD di Kulon Progo, Yogyakarta. Untuk merealisasikan kegiatan membatiknya, tim Berni Waluri menggandeng dan mengundang teman-teman USER untuk menjadi pemateri. Teman-teman yang menjadi perwakilan USER dalam kolaborasi tersebut berjumlah 5 orang yaitu Anindya Putri, Brenda Martha, Bayana Afifah, Endah Proborini, dan Fadia Aulia. 

 

Kegiatan membatik dilaksanakan pada tanggal 5 juni 2022 di Balai Desa Hargomulyo, Kulon Progo, Yogyakarta. Dihadiri oleh adik-adik SD se-Hargomulyo dengan rentang kelas dari kelas 4-6 SD. Dengan didampingi oleh guru dan orang tua, ada sekitar 20 lebih adik-adik yang mengikuti kegiatan ini. Semua berjalan dengan lancar, teman-teman USER di awal kegiatan menjelaskan materi tentang motif batik kawung dan mega mendung serta menjelaskan tentang macam-macam alat untuk membatik seperti canting, kompor, dan lilin atau yang biasa disebut dengan malam. Kemudian setelah adik-adik dirasa paham dengan materi yang disampaikan, kegiatan selanjutnya adalah praktek langsung cara membuat batik. Para anggota USER- lah yang menyiapkan sketsa batiknya, dicontohkan lewat papan tulis putih, kemudian adik-adik mengikuti dengan perlahan step by step motif yang dicontohkan. Setelah tahap sketching motif, adik-adik masuk pada proses memalam atau memberikan lilin pada kain persegi ukuran 30x30cm yang sudah digambari motif tadi dengan didampingi oleh kakak-kakak USER dan Berni Waluri karena kompor dan lilinnya panas sehingga harus berhati-hati mengingat pula mereka masih kecil sehingga butuh pengawasan. Setelah di canting dengan malam, kain dikumpulkan dan masuk pada proses pewarnaan, kain dicelupkan dalam ember yang sudah dimasukkan cairan pewarna lalu untuk mengelupas malam/lilin kain dicelupkan di ember detergen dan air panas, proses ini dikenal dengan istilah “nglorot”. Kemudian, apabila sudah selesai semua, kain dijemur di bawah terik matahari sampai kering. 

 

Di akhir kegiatan, di pilihlah karya adik-adik yang menurut teman-teman USER dan Berni Waluri cukup rapi dan bagus. Ada 3 nama yang maju mendapatkan hadiah. Dan yang paling berkesan adalah si juara pertama, Rizki namanya, sedikit perbincangan dengan Rizki saat proses membatik berjalan, dia adalah seorang anak yang tidak terlahir dari background seniman, namun bakat menggambarnya sudah terlihat dari kecil. Dan dirinya sangat menyukai hal-hal yang berbau budaya, di awal teman-teman USER hanya menjelaskan tentang batik kawung dan mega mendung, namun Rizki tahu lebih banyak tentang motif lainnya. Dia pun sangat aktif dan antusias dengan kegiatan ini sejak pertama. Tak heran dia menjadi yang terbaik di hari itu.

 

Dari pertemuan dengan Rizki, pun dari kegiatan membatik ini, kita dapat belajar bahwa budaya kita yang sangat indah dan beragam ini harus dilestarikan, langkah konkrit awal adalah dengan mengajarkannya kepada para generasi muda, agar tertanam rasa suka dan cinta akan budayanya sendiri sejak dini.  

 

The UGM Fine Arts Unit (USER) has collaborated again to strengthen its existence and become a form of social contribution to society. This time, the request for collaboration was initiated by the Berni Waluri community, which is a leadership project from one of the Friends of the UGM Student Leadership Acceleration Program (instagram.com/sp2km.ugm). Their plan of activity is to teach how to make batik and dance to elementary school students in Kulon Progo, Yogyakarta. To realize their batik activities, the Berni Waluri team collaborated with and invited USER friends to become presenters. There were 5 USER representatives in the collaboration, namely Anindya Putri, Brenda Martha, Bayana Afifah, Endah Proborini, and Fadia Aulia.

 

The batik activity will be held on June 5, 2022 at the Hargomulyo Village Hall, Kulon Progo, Yogyakarta. It was attended by elementary school students from all over Hargomulyo with grades ranging from grades 4-6 elementary school. Accompanied by teachers and parents, there were more than 20 younger siblings who took part in this activity. Everything went smoothly, the USER friends at the beginning of the activity explained the material about the kawung and mega mendung batik motifs and explained about the various tools for making batik such as canting, stoves, and candles or commonly known as Malam. Then after the younger siblings felt they understood the material presented, the next activity was direct practice on how to make batik. It was the USER members who prepared the batik sketches, exemplified on the white board, then the younger siblings followed slowly step by step the motifs that were exemplified. After the motif sketching stage, the younger siblings entered the evening process or gave candles to the 30x30cm square cloth that had been drawn with the motif, accompanied by USER and Berni Waluri because the stove and candles were hot, so they had to be careful considering that they were still small. so it needs a companion. After canting with wax, the cloth is collected and entered in the dyeing process, the cloth is dipped in a bucket that has been added to the dye liquid and then to peel the wax/wax the cloth is dipped in a bucket of detergent and hot water, this process is known as “nglorot”. Then, when everything is finished, the cloth is dried in the sun to dry.

 

At the end of the activity, the works of the younger brothers and sisters, according to USER and Berni Waluri’s friends, were quite neat and good. There are 3 names that come forward to get prizes. And what impressed us the most was the first winner, Rizki, a little conversation with Rizki during the process of making batik, he is a child who was not born from an artist background, but his drawing talent has been seen since childhood. And he really likes cultural things, at the beginning USER’s friends only explained about batik kawung and mega mendung, but Rizki knew more about other motifs. He was very active and enthusiastic about this activity from the first. No wonder he was the best that day.

 

From the meeting with Rizki, as well as from this batik activity, we can learn that our very beautiful and diverse culture must be preserved, the first concrete step is to teach it to the younger generation, so that a sense of love  for one’s own culture is instilled from an early age.

Penulis: Anindya Putri F. S.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top