Pameran Angkatan USER 2024: Menelusuri Kenangan di Antara Cahaya Musim Panas dan Bayangan Masa Kecil

      Di antara kanvas yang membentang dan instalasi yang berbicara, Pameran Angkatan Unit Seni Rupa UGM (USER) 2024 menjadi ruang bagi kenangan dan nostalgia untuk bernapas kembali. Diselenggarakan pada 22 hingga 24 November 2024, pameran ini menandai langkah awal anggota USER angkatan 13 yang baru saja dilantik, menghadirkan karya-karya yang tidak sekadar memanjakan visual, tetapi juga seperti memiliki jiwa dan memiliki cerita tersendiri dibaliknya, baik kenangan bahagia hingga bisa saja terasa memilukan. Tema yang diusung, Summer and Childhood, membawa pengunjung pada perjalanan waktu yang menelusuri dua sisi kehidupan: kegembiraan yang hangat di bawah mentari musim panas dan kenangan masa kecil yang seringkali menyimpan makna lebih dalam dari yang terlihat. Karya yang ditampilkan pun beragam, dari lukisan tradisional di atas kanvas, instalasi tiga dimensi, hingga seni kriya yang merangkum keterampilan dan ekspresi individu dari sang pembuatnya.

Kenangan Bahagia: Spektrum Warna yang Hangat

      Sejumlah karya dalam pameran ini menggambarkan kebahagiaan yang sederhana namun begitu universal: tawa anak-anak yang berlarian di pasir pantai, aroma matahari yang menghangatkan kulit, atau kebebasan yang hanya bisa dirasakan sebelum dunia orang dewasa yang penuh tuntutan tanggung jawab menjemput. Lukisan-lukisan yang didominasi oleh warna kuning dan jingga ini menangkap esensi kebebasan tanpa beban, seakan ingin membisikkan bahwa kebahagiaan sejati adalah momen-momen kecil yang sering kita lewatkan.

Sumber : “That’s okay, we’ll be fine” by Nadya Alexys Wibisono-Digital Art on Print

      Beberapa seniman menafsirkan masa kecil sebagai bentuk platonic memories, memori yang nyaris sempurna, tanpa cela, yang menjadi tempat bernaung ketika realitas dunia dewasa terlalu keras untuk dihadapi. Salah satu contoh karya yang mencerminkan ide ini adalah sebuah digital art print berjudul “That’s Okay, We’ll Be Fine”, yang menangkap bagaimana kenangan masa kecil bisa menjadi hiburan dan pelipur bagi kehidupan dewasa yang penuh tekanan. Warna-warna hangat, sapuan garis yang lembut, dan ekspresi damai dalam karya ini menegaskan bahwa kenangan bukan sekadar masa lalu, tetapi juga tempat beristirahat bagi jiwa yang lelah.

Dari Cahaya Menuju Bayangan: Trauma dan Memori Traumatis

       Namun, tidak semua kenangan masa kecil terbentuk dari tawa dan sinar matahari. Di antara spektrum warna cerah, terselip karya-karya yang menyelami sudut gelap memori, menyentuh sisi rapuh yang jarang diungkapkan. Warna biru mendominasi beberapa karya, menciptakan suasana melankolis yang menggugah perasaan. Masa kecil bukan hanya tentang liburan musim panas yang menyenangkan, tetapi juga tentang luka yang mungkin tertinggal, kehilangan yang menggores, dan trauma yang membentuk siapa kita hari ini.

Sumber : “Dreams Under Thousand Stars” by Prajona Marbun-Installation Fine Art

      Salah satu karya yang cukup mencuri perhatian adalah “Dreams Under Thousand Stars”, sebuah seni instalasi tiga dimensi dengan nuansa dominan biru yang cukup berbeda dari kebanyakan karya lainnya. Karya ini menggambarkan seorang anak yang terdampar di pantai, membangkitkan kembali kisah tragis Alan Kurdi, seorang anak pengungsi dari Suriah yang kehilangan nyawanya saat mencoba mencari perlindungan di negeri asing pada tahun 2015. Gambar tubuh kecil Alan yang tersapu ombak di pantai Bodrum, Turki, menjadi simbol pahit dari ketidakadilan dunia yang dihadapi anak-anak di luar zona nyaman dan aman dimana mereka seharusnya bertumbuh dengan tenang tanpa harus menghadapi kenyataan bahwa hari esok belum tentu milik mereka. Instalasi ini bukan sekadar karya seni, melainkan sebuah peringatan yang membangkitkan kesadaran, menyuarakan bahwa tidak semua anak memiliki masa kecil yang dapat dikenang dengan bahagia. Bagi beberapa anak, taman bermain mereka adalah tanah sengketa antar penguasa dimana ledakan granat dan jasad dari anak-anak yang tidak bersalah menjadi bunga abadi yang melingkupi tanah, jalanan dan reruntuhan yang dahulu mereka sebut rumah.

Seni sebagai Cermin Kenangan

       Pameran Angkatan USER 2024 bukan hanya sekadar ajang unjuk karya, tetapi juga menjadi wadah karya yang dirangkum perjalanan emosi. Setiap sapuan kuas, setiap bentuk yang diciptakan, mengandung makna yang bisa jadi lebih besar daripada yang terlihat di permukaan. Karya-karya seni yang dipamerkan berbicara tentang ingatan, baik yang ingin kita genggam erat maupun yang diam-diam ingin kita lupakan. Karya-karya ini mengajarkan bahwa seni bukan hanya bentuk ekspresi, tetapi juga alat untuk memahami kehidupan, baik masa lalu maupun masa kini. Pada akhirnya, pameran ini menunjukkan bahwa seni memiliki kekuatan untuk menjadi manifestasi dari pengalaman manusia, menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, menghadirkan kembali cahaya musim panas yang hangat, namun juga mengingatkan kita akan bayangan yang pernah kita lewati. Di antara warna-warna yang melingkupi ruang pameran, pengunjung diajak untuk menemukan diri mereka sendiri dalam setiap goresan, dalam setiap kisah yang terukir di kanvas kehidupan.

Penulis: Prajona Marbun

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top