https://lifeessentials.co.uk/shop/bakar69https://bakar69-ac.com/https://ijens.itsk-soepraoen.ac.id/https://data.banggaikab.go.id/https://dpupr.kaltimprov.go.id/https://pamongwalagri.kotabogor.go.id/https://snono-systems.com/vps-hosting/https://carirajajudi33.comhttps://jphoki.it.com/https://advtransfer.comhttps://awesomewebsitethemes.com/bakar69bakar69https://cmvcg.com.br/
Judith Slaying Holofernes: Kemurkaan dalam Diri Pelukis Perempuan

Judith Slaying Holofernes: Kemurkaan dalam Diri Pelukis Perempuan

Hels

(Sumber: https://www.uffizi.it/en/artworks/judith-beheading-holofernes#gallery)

“My illustrious lordship, I’ll show you what a woman can do

      Kemurkaan dan kekejian tertapampang pada sebuah lukisan karya Artemisia Gentileschi, seorang pelukis perempuan asal Italia (1593–1652) dengan sebuah karya yang berjudul Judith Slaying Holofernes. Seorang perempuan kelahiran asal Italia ini lahir dari darah seorang seniman dari Tuscan Orazio Gentileschi dan Prudentia Montone. Kehadiran Ayahnya sebagai seniman, membuat Artemisia mengenal seorang seniman terkenal yang bernama Caravaggio. Meskipun kehadiran seorang seniman perempuan pada era saat itu sangatlah sulit, Artemishia berhasil memperolehnya dengan kemahiran yang ia miliki dengan mengadaptasi gaya lukisan milik Caravaggio di Roma, Florence, Napoli, London, Genova, dan Venice. 

      Di balik kesuksesan Artemisia sebagai seorang seniman bagai esa hilang, dua terbilang dengan bakat yang luar biasa. Kesuksesannya menyimpan sebuah luka dan tragedi mendalam dalam hidupnya. Pada usianya yang ke-17 saat ia mengalami masa gemilang kariernya sebagai seniman perempuan, secara tragis ia menjadi korban kekerasan seksual dari seorang teman—dari teman—seniman ayahnya dengan nama Agustino Tassi. Meskipun catatan sejarah tentang Artemishia masih sangat campur aduk dengan berjalannya zaman, para peneliti dan feminis pada era 1900 mulai mendalami keresahan Artemishia melalui lukisan-lukisannya yang tersampaikan secara implisit.

Pelukis Survival dari Tragedi Kehidupan

      Saat kekhawatiran Orazio sebagai seorang ayah semakin mengguncah, akibat anaknya yang masih perawan ia memanggil salah satu dari istri tetangganya, Tuzia untuk membantu menjaga anaknya. Pada suatu hari, Orazio melakukan kolaborasi dengan salah satu teman di circle-nya untuk membuat sebuah karya, lelaki itu bernama Tassi. Ketika Artemishia yang sedang melukis seorang anak ditinggal pergi oleh Tuzia, Tassi menggoda Artemishia untuk melakukan hubungan. Pada awalnya, Artemishia menolak ajakan Tassi tersebut. Namun, Tassi memberikan janji kepada Artemishia bahwa ia akan menikahi Artemishia. Ketika saat itu, Tassi dan Artemishia secara diam-diam melakukannya selama bergabung dalam lingkungan sosial yang sama. 

      Setelah sembilan bulan kemudian, Orazio membawa Tassi yang telah melakukan kekerasan seksual kepada anaknya dan Tuzia yang telah meninggalkan Artemishia sendiri. Pernikahan Tassi dan Artemishia pun gagal karena Tassi dijatuhi hukuman. Meskipun banyak sekali skandal panjang yang menimpanya, Artemishia menikahi lelaki lain dan tetap bersikap prefesional terhadap pekerjaannya. Saat semakin berjalannya waktu, sang suami memutuskan cerai dan beberapa anak Artemishia meninggal dunia.

Perempuan dan Dunia Seksual Mata Laki-laki

      Pelukis perempuan merupakan salah satu hal yang sangat langkah pada periode Artemishia berkarya. Beberapa karyanya dinilai oleh orang-orang sebagai karya yang “seksual”. Semua hal yang berhubungan dengan “seksual” bukan merupakan akibat dari karya yang dibuat oleh Artemishia, melainkan dari diri Artemishia sebagai seorang perempuan yang memiliki karya. Bahkan, ketika saat setelah kematiannya, Artemishia masih dipandang sebagai “subjek” seksual bagi mata laki-laki. Hal ini dapat dibuktikan melalui sebuah anekdot dari seorang biografer Filippo Baldinucci melalui karyanya tentang pelukis Giovanni Francesco Romanelli yang sangat menyukai Artemishia sampai membuat sang istri cemburu. Hal ini dipandang bukan hanya sekadar “kekaguman” belaka tetapi anekdot ini juga memiliki makna bahwa tantangan yang dihadapi oleh Artemishia terkait sensualitas masihlah marak pada abad ke-17.

Jati Diri Seorang Seniman Perempuan pada Gempuran Patriarki dan Kacamata Feminisme

      Di balik unsur sensualitas yang berkembang semasa hidup Artemishia, pada era 1900 semakin banyak orang-orang yang mengangkat karyanya bahwa ia adalah perempuan kuat yang tidak menyetujui sensualitas tersebut menjadi cap akan dirinya. Salah satu karya yang menggambarkan ketangguhan terdapat pada Judith The Holofernes. Sebagai perbandingan sebagai gambar berikut:

      Pada tulisan tersebut, Artemishia mengangkat tema pada Alkitab Katolik (dasar perjanjian lama, kitab suci Ibrani)  tentang kejadian Judith yang memenggal kepala Holofernes. “Dengan menggunakan otak dan penampilannya, janda Judith menyusup ke pasukan Nebukadnezar dan membunuh komandannya, Holofernes. Pada lukisan Judith.” ungkap National Geographic, pada Who’s Who in The Bible: Unforgottable People and Timeless Stories from Genesis to Revelation.

      Melalui lukisan Caravaggio, terlihat Judith (sosok perempuan berbaju putih) yang digambarkan sebagai sosok perempuan anggun dengan wajah yang cukup cantik. Pakaian yang digunakan oleh Judith terlihat sangat putih dan suci, dengan genggaman pedang pada tangannya yang gemulai, dia terlihat jijik dengan darah yang menyiprat pada tubuh Holofernes yang tercengkram pada tempat tidurnya dengan keadaan telanjang dan mabuk. Hal ini jauh berbeda dengan penggambaran Artemishia terhadap Judith, tidak dengan penggambaran perempuan cantik, anggun, dan gemulai, Artemishia justru menggambarkan Judith sebagai sosok yang memiliki otot yang tidak segan membuat darah menyiprat pada pakaiannya yang kuning. Wajah Judith pada lukisan Artemishia tidak digambarkan secara jijik, melainkan penuh amarah.

      Artemisihia adalah seorang seniman yang dikenal dengan berbagai karyanya, sering sekali dicap buruk oleh masyarakat akibat kepribadiannya yang romantik. Hingga era kini sosok Artemishia semakin banyak diteliti dan menghasilkan sosoknya sebagai seorang perempuan yang tangguh dalam menghadapi kacamata seksual dari masyarakat selama hidupnya. Dengan begitu, seorang seniman perempuan bukan hanya terletak pada jati dirinya yang indah, tetapi dalam ketagguhannya dalam menggores kuas di kanvas.

“I am no bird; and no net ensnares me: I am a free human being with an independent will.”

Charlotte Brontë, Jane Eyre

Sumber

Bissell, R. Ward. “Artemisia Gentileschi—A New Documented Chronology.” The Art Bulletin 50.2 (1968): 153-168.

Cohen, Elizabeth S. “The trials of Artemisia Gentileschi: a rape as history.” The Sixteenth Century Journal 31.1 (2000): 47-75.

Caravaggio.org. “Judith Beheading Holofernes, 1599 by Caravaggio Judith Beheading Holofernes, 1599 by Caravaggio.” Caravaggio, https://www.caravaggio.org/judith-beheading-holofernes.jsp#google_vignette. Accessed 25 August 2025.

Girl Museum. “Artemisia Gentileschi.” Girl Museum, 5 February 2023, https://www.girlmuseum.org/encyclopedia/artemisia-gentileschi/. Accessed 25 August 2025.

Isbouts, Jean. “Judith, the Biblical widow, infiltrated an army and beheaded Holofernes.” National Geographic, 22 March 2019, https://www.nationalgeographic.com/culture/article/judith-biblical-widow-infiltrated-army-beheaded-holofernes. Accessed 25 August 2025.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top