Nutnath
“DILARANG MENYENTUH KARYA!” Kalian pasti sering menemukan himbauan seperti itu setiap mendatangi suatu pameran seni kan? Tidak cuma berwujud sebagai tulisan, gallery sitter yang berada di lokasi juga selalu mengingatkan pengunjung yang berdiri terlalu dekat dengan karya. Akan tetapi, pasti ada waktunya kalian sangat ingin untuk memegang karya. Aku sebagai orang yang hobi ke pameran juga terkadang memiliki keinginan impulsif untuk memegang karya seni yang ada di depanku.
Tapi kenapa sih pengunjung dilarang menyentuh karya seni yang sedang dipamerkan? Terdapat beberapa alasan yang sedikit berbeda untuk tiap-tiap pameran, tetapi yang pasti tentu saja untuk menjaga kondisi karya. Setiap karya seni memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, ada yang rapuh sampai diperlukan keutuhan atributnya.
Coba bayangkan jika dirimu adalah seorang seniman yang telah susah payah membuat suatu karya. Kemudian, bagaimana perasaanmu jika karya itu tiba-tiba dipegang oleh orang awam yang tidak mengerti kesulitan proses pembuatan karyamu? Masih untung jika karyanya tetap utuh, bagaimana jika terdapat lecet atau kecacatan terhadap karya? Hal seperti inilah yang ingin dihindari oleh setiap seniman dan penyelenggara pameran seni.
Tapi apakah menyentuh karya seni merupakan hal yang selalu dilarang? Dalam pameran seni tahun 2016, Museum Nasional di Oslo mengadakan pameran yang mengizinkan setiap pengunjung menyentuh karya ukir dari seniman Aase Texmon Rygh. Berdasarkan Engen (2024), pengunjung diharapkan dapat membentuk pemahaman tersendiri dari pengalamannya mengalami suatu pameran seni dengan seluruh panca indra. Pengunjung yang datang ke pameran tersebut juga mengatakan bahwa dengan menyentuh karya seni, dalam hal ini patung-ukiran, mereka dapat merasakan suatu emosi baru dan membentuk arti karya tersebut secara personal.
Apakah pameran yang diperbolehkan menyentuh karya hanya ada di luar negeri? Tidak juga! Jangan lupa bahwa di Indonesia ada pameran seni tahunan, ArtJog. Banyak karya seni yang dipamerkan di sana berupa instalasi. Dengan demikian, para pengunjung mendapat suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang tidak akan didapat melalui pameran atau museum biasa.
Setiap pameran seni memiliki aturan dan tujuan yang berbeda. Masing-masing pameran memiliki keunikan dan pengalaman tersendiri. Jadi, pameran apa yang akan kalian datangi selanjutnya?
Jangan lupa juga untuk datang ke GAMARUPA 2025!
Referensi
Engen, L. (2024). Enabling touch in an art museum: A curatorial reflection. Multimodality & Society, 4(3), 340–347. https://doi.org/10.1177/26349795241265874