Animanga, Benarkah Sebuah Propaganda Berkedok Seni?

Gambar 1. Anime-Manga
Sumber: Unsplash/Gracia-Darma

Perang Dunia merupakan salah satu pengalaman traumatis yang hampir dialami oleh seluruh negara di dunia, tak terkecuali Jepang. Keberhasilannya dalam Perang Dunia I bersama sekutu, membuat Jepang menjadi lupa daratan hingga berani mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin Asia. Namun takdir berkata lain. Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki melenyapkan impian itu. Tanpa pikir panjang Jepang lalu memutuskan untuk pensiun dari hiruk pikuk konflik dunia. Meski begitu citra Jepang sudah terlanjur buruk di mata dunia. Namun jika kita melihat pada masa sekarang, citra Jepang sangat berbanding terbalik dari gambaran tersebut. Jepang telah me-rebrand-ing dirinya dari yang semula penjahat perang menjadi negara maju nan adidaya. Animanga disinyalir sebagai salah satu strategi soft diplomacy yang dilakukan negeri matahari terbit ini. Tetapi jika kita menilik ke belakang, sebenarnya perkembangan Anime dan Manga telah muncul jauh sebelum Jepang terjun dalam Perang Dunia.

 

Manga berasal dari kanji 漫 (man) yang berarti “aneh/dadakan” dan 画 (ga) yang berarti “gambar”. Sekitar abad ke-12 seseorang yang dikenal dengan Sojo Toba menggambar karikatur hewan di gulungan kertas yang disebut Chōjūgiga atau gulungan karikatur hewan. Chōjūgiga menggambarkan hewan seperti kelinci, monyet, dan katak yang melakukan kegiatan layaknya manusia. Ciri seperti ekspresivitas, gerakan dinamis, serta gelembung percakapan diyakini sebagai cikal-bakal manga modern.

 

Gambar 2. Chōjū-giga
Sumber: Facsimile Finder/Giovanni-Scorcioni

Di masa lebih lanjut yakni Zaman Edo (1603-1868) karya sastra gambar yang menonjol disebut kusazōshi. Karya tersebut menggambarkan berbagai tema yang lebih kompleks yang terbagi ke dalam sub-sub genre.

 

Gambar 3. kusa-zōshi
Sumber: The Wacom Community

 

Kemudian manga terus berkembang mengikuti zaman hingga pada tahun 1936 komik strip telah umum menghiasi laman majalah lokal. Namun akibat meletusnya perang dunia ke II, perkembangan manga mengalami kemunduran. Setelah kalahnya Jepang dalam perang barulah industri ini kembali melejit. Masyarakat nampaknya terpukul pasca kekalahan dan mencari pelarian lain melalui media hiburan. Pada tahun 1959, Kodansha, salah satu penerbit terbesar Jepang menerbitkan majalah Shonen, yang merupakan majalah manga mingguan pertama di Jepang. Salah satu karya booming terbitan Kodansha yang menjadi legenda dalam dunia Manga Modern ialah Astro Boy. Pengarang Astro Boy, Osamu Tezuka, bahkan mendapat julukan “Dewa Manga” berkat keberhasilannya mempopulerkan manga ke seluruh dunia.

 

Gambar 4. Astro Boy
Sumber: Indozone

 

Pembuatan animasi berdasarkan karya populer Manga atau yang disebut Anime mulai masif dilakukan. Namun pada dasarnya dapat dikatakan juga perkembangan Anime dan Manga merupakan satuan terpisah, karena di Zaman Meiji telah ada sebuah animasi orisinil yang diproduksi oleh seniman anonim Jepang yang diberi judul Katsudo Sashin (1907). Anime dan Manga pun dikenal sebagai soft diplomacy Jepang dalam menanamkan pengaruhnya pada seluruh dunia.

 

Referensi:

[1] Bates,Trey (2023, April 09). The Rise of Anime and Manga in Japan: A Cultural Shift that has Captivated the World. https://medium.com/east-asia/the-rise-of-anime-and-manga-in-japan-a-cultural-shift-that-has-captivated-the-world-8cea12166720

 

[2] Cengiz, Ongur. A Brief Look Into The History Of Manga. https://community.wacom.com/en-de/a-brief-look-into-the-history-of-manga/

 

[3] Sinarizqi, Ningsih (2022). Sejarah Manga:Awal Kemunculan dan Perkembangannya. https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/04/110000379/sejarah-manga-awal-kemunculan-dan-perkembangannya

 

[4] Safafa, Fitri Sofa (2017). The Efforts of Japan to Rebuild the Image Post World War II by Using Manga and Anime.

Penulis: Devani Yumna

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top