Kilas Balik: Ilusi Ekshibisi Penyirat Rasa yang Tabu

Memasuki tahapan baru, bulan baru, menyenangkan untuk bisa kilas balik memori kemarin hari. Ingatkah bulan kedua nan manis dan berhujan kasih sayang? Siapa sangka bisa tersambar ide dan perasaan sembilu?

 

Sekumpulan dari kami, Unit Seni Rupa, berdatangan menjemput perasaan yang tabu untuk dijamah (katakanlah apalagi di bulan penuh pernyataan cinta mekar-mekar). Berletak di LAV Gallery, sebuah ekshibisi bertajuk “PAINThings” terlaksana 4 hingga 18 Februari 2023. Pandangan sejenang namanya saja sudah menangkap atensi; yang mana gabungan “paksaan” dari 2 komposisi kata:

 

(1)   Pain, berarti rasa sakit dalam bahasa Inggris dan dapat diartikan secara psikis, mental, fisik atau medis, bahkan bernada mistik, disertai cakupan yang remeh hingga serius;

(2)   Paint / painting, berarti lukisan dalam bahasa Inggris, menyinggung perihal berkait kuat dengan dunia seni rupa umumnya.

 

Ekshibisi ini menyaratkan upaya pengulikan rasa sakit pada manusia melalui gerakan seni non konvensional—berusaha untuk melampaui bentuk seni dua dimensional—sekaligus mengakali asumsi publik dari pengecohan melalui kata “PAINThings”, seperti dituliskan secara literal oleh Rain Rosidi (penulis pameran): “pameran ini merupakan sebuah perhelatan pameran lukisan, namun khalayak tidak akan menjumpai satu pun lukisan (akuntabel) dalam ruang pamer”. Jajaran seniman mengisi pameran ini: Andika Industriyana, Aji Yudalaga, Danny Irawan, Dedy Maryadi, Khusna Hardiyanto, Putra Eko Prasetyo, Ostheo Andre, Purwanto, Tugiman, Vani Hidayaturrahman, Yulius Heru Prihono, Yusup Dilogo, Ronald Efendi, Samsul Arifin, dan Yaksa Agus.

 

Berpencarlah kami ke ranah dunia tersebut, kian terpana semakin detik-detik berlalu. Mata kami mencatat terdapat sekian kreasi menarik seperti karya Aji Yudalaga, “Pink Fluid”, berupa sebuah spot merah jambu serta frasa Pink Fluid seperti tergores berani merupakan permainan kata dari nama grup musisi ternama Pink Floyd; karya Vani Hidayaturrahman, “Candu”, berupa gabungan objek tube cat minyak dan ujung jarum suntik kemudian dipampangkan dalam sebuah pigura layaknya lukisan; sebuah telinga dan silet karya Ronald Efendi, “Untittled”, bercoretkan ungkapan yang merangkul rasa sakit dan referensi atas tokoh seniman Vincent van Gogh dengan “oh my gogh”; maupun karya Yaksa Agus, “7 Tirta Wening”, yang menadahi air murni dari 7 sumber mata air di kisaran garis konseptual dari Gunung Merapi sampai Pantai Parangtritis.

Jelajah dunia tabu dan menantang ide ini menggugah kesan pada diri kami, sebagai seniman, bahkan—yang lebih mendasar—sebagai insan yang terkadang terlalu sibuk menyembunyikan rasa sakit dan menyanggah ide eksplorasi serta ekspresi rasa diri. Pengamatan atas kreasi yang segar dan perasukan nilai pada karya akan membuka pandangan baru bagi kami sebagai seniman, dan itulah yang kami dapatkan selama berkunjung di ekshibisi PAINThings tanggal 18 bulan kedua ini.

 

Jikalau Anda terpikat pada kentalnya rasa karsa yang diperoleh dari pameran karya seni, tunggulah saat-saat berikutnya dari kami untuk jelajah ke dunia baru lainnya. Tak lelah-lelahnya kami ucapkan; mari bersua untuk mencipta!

Penulis: Nelumbium

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top